Komentar Terbaru

MENGENAL TRADISI DI KERATON

MENGENAL TRADISI  DI KERATON

Tradisi adalah kebiasaan yang telah di lakukan sejak lama dan biasanya di lakukan rutin setap tahun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,di sebuah keraton sendiri pasti memiliki banyak tradisi di dalamnya.termasuk keraton kacirebonan yang memiliki banyak tradisi,khususnya tradisi tahunan seperti syuraan,syafaran,muludan,rajaban,ruwahan grebeg syawal (Idul Fitri),Raya Agungan (Idul Adha)dan puncaknya adalah panjang jimat yang di lakukan setiap 12 Robiul Awal bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi-tradisi tersebut sudah ada sejak dulu yang terus di lestarikan sampai saat ini.tradisi syuraan sendiri adalah tradisi untuk merayakan pergantian tahun dalam kalender jawa biasanya di peringati dengan iring-iringan rombongan masyarakat dari tingkatan usia atau yang biasa di sebut sebagai kirab.biasanya juga terdapat gunungan-gunungan yang berisi hasil bumi atau hasil kekayaan,ada juga tumpeng yang nantinya gunungan-gunungan tersebut akan di perebutkan oleh masyarakat,karena mitosnya jika mendapat gunungan tersebut akan mendapatkan berkah.
Sedangkan Safaran adalah tradisi yang di lakukan pada bulan safar yaitu pada hari rabu terakhir di bulan safar atau biasa masyarakat Cirebon mengenalnya dengan sebutan Rebo Wekasan, biasanya kegiatan yang di lakukan adalah dengan membut kue apem,karena safar sendiri di percayai sebagai bulan yang sering terjadi malapetaka.sedangkan inti dari tradisi safaran adalah memanjatkan doa tolak bala dan pembagian makanan kuliner khas Cirebon,yaitu apem yang berbentuk bulat dan persegi empat yang di campur dengan larutan gula merah dan parutan kelapa.Acara ini biasanya di laksanakan ba’da Sholat Ashar yang di tutup dengan tawurji,yaitu sawer uang receh kepada warga sekitar keraton oleh sultan kacirebonan.Di bulan safar juga di himbau agar memperbanyak berbuat kebaikan,memperbanyak membantu orang lain dan mempererat tali silaturahmi di antara sesama.sedangkan susunan acaranya adalah yang pertama adalah pembacaan doa,kemudian Apem di bagikan warga dan masyarakat sekitar keraton kacirebonan kemudian di lanjut dengan makan bersama kue apem dan yang terakhir adalah melakukan sawer dengan uang receh yang di kenal dengan istilah tawurji.
Tradisi Rajaban adalah tradisi untuk memperingati isra miraj Nabi Muhammad SAW.Peringatan itu biasa di isi dengan acara tausiyah tentang apa arti makna dari isra miraj itu sendiri,dan acara di lanjutkan dengan pembagian nasi Bogana kepada warga keraton,kaum masjid dan Abdi dalem.Nasi Bogana sendiri merupakan nasi yang terdiri dari kentang,telor ayam,tempe,tahu,parutan kelapa dan bumbu kuningan yang di campur menjadi satu.
Tradisi Ruwahan adalah tradisi untuk menyambut bulan suci ramadhan.tradisi ini di di laksanakan pada tanggal 15 bulan syaban atau biasa juga di sebut sebagai nifsyu syaban di mana hari itu adalah hari yang sangat penting bagi umat islam di mana hari itu merupakan di tutupnya buku amalan manusia.yang biasa di lakukan adalah sholat 2 rokaat ba’da solat magrib dan di teruskan di membaca surah yasin sebanyak 3 kali dan ba’da sholat isya di lamjut dengan membaca doa nifsyu syaban.
Tradisi grebeg syawal adalah tradisi yang di laksanakan setiap tanggal 8 di bulan syawal.Tradisi ini di gelar sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT atas karunianya sehingga dapat melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan dan puasa sunnah 6 hari (puasa syawal).biasanya di lakukan dengan acara doa bersama atau berziarah ke makam-makam para sultan yang telah wafat.Tradisi ini juga sebagai  pengukuhan persaudaraan antar umat isalam,antara sultan dengan masyarakat luas.
Selanjutnya ada tradisi yang khas sekali di Cirebon yaitu Tradisi Panjang Jimat.Tradisi panjang jimat di gelar dalam rangka memeperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Mulud atau 12 Rabiul Awal.tradisi tahunan ini berlangsung selama satu bulan penuh,karena hampir satu bulan sebelum pelaksanaan pihak keraton telah sibuk mempersiapkan berbagai kelengkapan hingga tiba saatnya Pelal Alit yang jatuh pada tanggal 8 Mulud (8 Rabiul Awal).persiapan yang di maksud adalah dengan membersihkan komplek keraton,membuat perlengkapan untuk upacara puncak malam panjang jimat seperti proses pembaceman ikan,penyisisran dan pengeringan batang tebu untuk membuat dupa wangi,hingga pembuatan rempah-rempah dan aneka boreh atau param yang di kerjakan secara sukarela oleh sekelompok abdi dalem yang khusus di tugaskan untuk hal tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar